Akhirnya saya bisa menginjakan kaki juga di Kota Palembang. Saya pergi ke Palembang atas undangan dari Dinas Pariwisata Kota Palembang dalam acara Famtrip Musi and Beyond 2018. Perjalanan ke Kota Mpekpek ini adalah pertama kalinya bagi saya. Memberanikan diri berangkat sendiri dari Makassar, hanya untuk melihat keindahan kota dan tempat wisata yang ada di Palembang.
Perjalanan dengan pesawat yang ditempuh satu jam empat puluh lima menit dari Makassar ke Jakarta plus sekitar enam puluh menit dari Jakarta ke Palembang kemarin bisa dibilang lancar, nggak ada satu kendala apapun. Malah saya sempat kekenyangan di pesawat, karena dapat makan 2 kali. Perut kenyang di pesawat artinya uang jajan utuh. 😀
Palembang Bukan Cuma Tentang Empek-empek
Ketika mendengar kata Palembang yang muncul dibenak saya tuh pasti empek-empek, saya anaknya kalau mikir memang nggak bisa jauh-jauh dari makanan 😁. Makanan khas Palembang yang dibuat dari ikan dan sagu, dihidangkan dengan cuko yang bercita rasa pedas, manis dan gurih.
Ya tentunya Kota Palembang bukan cuma tentang empek-empek, ada banyak sekali kuliner, adat dan budaya yang dimiliki oleh kota yang memiliki sungai terpanjang di Pulau Sumatra ini. Kota Palembang disebut-sebut sebagai kota tertua yang ada di Indonesia. Jadi tidak heran jika percampuran adat, kebiasaan dan budaya dari suku dan bangsa lain sudah berasimilasi dengan budaya dan adat masyarakat di Kota Palembang.
Saya di dermaga Pulau Kemaro |
Begitupun dalam hal bahasa, Pak Latief juga menceritakan bahwa Bahasa Palembang juga cukup mirip dengan bahasa Melayu dan Jawa. Dari dialek dan unsur bahasanya banyak sekali terdapat bahasa dari dua daerah tersebut.
Sebagai kota tertua sudah pasti Palembang memiliki cerita sejarah yang sangat panjang dan menarik. Hal itu bisa terlihat dari banyak objek wisata yang ada di sana. Ada banyak tempat wisata di Palembang yang tidak hanya cantik tapi juga sarat akan cerita rakyat dan sejarah.
5 Tempat Wisata Palembang yang Sarat Nilai Sejarah
Ada banyak destinasi wisata di Kota Palembang, mulai dari destinasi wisata kekinian yang instagramable maupun tempat wisata yang memiliki nilai sejarah. Berkunjung selama tiga hari dua malam ke Kota Palembang mengantarkan saya ke banyak tempat, beberapa diantaranya adalah tempat wisata di Palembang sarat akan nilai sejarah.
Pulau Kemaro
Untuk datang ke Pulau Kemaro kita harus menaiki perahu atau ketek, kami naik ketek dari Dermaga Point Palembang. Perjalanan ke sana ditempuh sekitar 30-60 menit tergantung dari perahu yang digunakan. Semakin besar perahu yang dinaiki, waktu tempuhnya semakin lama.
Wisata ke Pulau Kemaro sarat akan cerita sejarah, karena di dalam area Pulau Kemaro terdapat makam Putri Fatimah. Menurut cerita Fatimah merupakan Putri Kerajaan Sriwijaya yang akan dipinang oleh seorang Pangerang dari Cina bernama Tan Bun An. Selain makam di pulau ini juga terdapat kuil, pagoda berlantai 9 dan pohon cinta. Pohon ini dipercaya bisa membuat orang yang mendatanginya bertemu dengan sang cinta sejati.
Ya percaya nggak percaya sih untuk kalian yang masih jomblo dan mencari cinta sejati, kalau mau percaya ya silahkan. Kalau saya sih memilih enggak percaya, soalnya saya sudah bertemu dengan Paksu cinta sejati dan kekasih hati saya. *eaaaa
Kampung Al-Munawar
Kampung Almunawar adalah Kampung Arab adalah tempat wisata ydi Palembang yang bisa dibilang cukup unik. Unik karena posisinya berada persis di tepi Sungai Musi dan telah ada sejak zaman penjajahan Belanda di abad ke-18. Kampung ini telah menjadi tempat bermukimnya bangsa Arab yang ada di Palembang pada saat itu.
Ya namanya juga Kampung Arab jadi warga di sini kebanyakan hidungnya mancung-mancung mirip Orang Arab. Tapi bukan hanya perawakan fisiknya aja yang mirip Orang Arab, gaya hidup dan kebudayaan Bangsa Arab pun berakar sangat kuat dan dipelihara oleh masyarakat di sini.
Kalau kalian datang ke sini kalian bisa melihat rumah adat yang dibangun pada abad ke-18. Rumah adat berbentuk limas dengan lantai bertingkat atau kekijing masih terpelihara dengan sangat baik di sini. For your information, rumah adat di sini sudah direstorasi dan diberi cat manis berwarna-warni. Yang pasti cakep banget untuk jadi konten foto di feeds instagram. Nggak percaya ?? Kuy datang aja dan buktikan sendiri.
Bukit Siguntang
Mendengar kata bukit pasti yang kita bayangin adalah wilayah bentang alam dengan permukaan tanah yang tinggi, mirip gunung dengan ketinggian lebih rendah. Nah menurut informasi yang saya dapat, Kota Palembang ini ternyata tidak memiliki area dataran tinggi. Bukit yang disebut sebagai Bukit Siguntang ini hanyalah bukit kecil yang memiliki ketinggian sekitar 30 meter diatas permukaan laut. Nggak tinggi-tinggi banget cyiin, malah kayaknya kalah tinggi sama cita-cita saya waktu SD dulu. Cita-cita waktu SD kan tingginya setinggi langit #apasehh 😀
Bukit Siguntang merupakan tempat keramat dan dijadikan tempat untuk berziarah bagi masyarakat setempat. Di kompleks bukit ini dipercaya terdapat makam leluhur Palembang. Juga terdapat makam Raja-raja dan Pahlawan Melayu-Sriwijaya.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan tempat wisata di Palembang yang sarat akan sejarah. Bangunan museum ini dulunya merupakan rumah Residen Kolonial Sumatera Selatan pada abad ke-19. Bangunan bergaya kolonial dengan cat putih, pagar dan kusen berwarna merah marun ini terlihat sangat cantik dan menawan. Lokasinya pun berada dekat sekali dengan Dermaga Point Palembang, hanya berseberangan. Terpisah oleh jalan yang jaraknya hanya beberapa meter saja.
Di dalam museum ini terdapat banyak sekali koleksi barang dan informasi bersejarah. Mulai dari Lukisan para Pahlawan Palembang, koleksi kain, baju adat dan hal penting lainnya terkait adat, budaya dan sejarah. Datang ke Museum ini bisa dibilang merupakan cara termudah untuk berkenalan dengan adat dan budaya Kota palembang.
Kampung Kapitan, salah satu kampung yang sarat akan cerita sejarah Palembang dan menarik untuk didatangi. Kampung Kapitan merupakan area perumahan seluas 165,9 x 85,6 m, kampung ini letaknya tidak jauh dari Dermaga Benteng Kuto Besak. Jadi kalau kalian datang ke sini via dermaga BKB dengan menggunakan ketek, lama perjalanan yang harus ditempuh hanya sekitar 10 menit saja.
Di kampung ini terdapat rumah tinggal Perwira Tinggi yang berasal dari etnis Tionghoa, yang pada masa penjajahan ditunjuk oleh Belanda untuk menjadi pengawas. Pengawas yang bertugas mengurus permasalahan kependudukan, pernikahan hingga urusan pajak yang harus dibayarkan ke Pemerintahan Belanda pada saat itu.
Tempat tinggal Pengawas Kapitan yang masih berdiri sampai saat ini terlihat sekali sentuhan kolonialnya. Tangga melingkar dan pilar-pilar tinggi penopang bangunan di bagian depan rumah terlihat sangat kontras dengan rumah-rumah di sekitarnya. Sayangnya rumah ini baru sebagian terrestorasi, masih dibutuhkan dana dan usaha lebih untuk menjadikan rumah tinggal Sang Kapitan terlihat utuh seperti bangunan kolonial di zamannya.
---
Sebenarnya masih banyak sekali destinasi wisata sejarah yang ada di kota ini. Rumah Limas, Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak dan masih banyak lagi tempat wisata di Palembang yang sarat nilai sejarah.
Saya juga sebenarnya masih belum puas dengan itinerary jalan-jalan kemarin. Tandanya kapan-kapan saya harus datang dan menginap kembali di kota ini. Ya mudah-mudahan ada rezeki dan jodoh untuk datang kembali ke sini.
Kalau kalian bagaimana ? Sudah pernah ke Palembang atau belum ?
Di dalam museum ini terdapat banyak sekali koleksi barang dan informasi bersejarah. Mulai dari Lukisan para Pahlawan Palembang, koleksi kain, baju adat dan hal penting lainnya terkait adat, budaya dan sejarah. Datang ke Museum ini bisa dibilang merupakan cara termudah untuk berkenalan dengan adat dan budaya Kota palembang.
Kampung Kapitan
Kampung Kapitan, salah satu kampung yang sarat akan cerita sejarah Palembang dan menarik untuk didatangi. Kampung Kapitan merupakan area perumahan seluas 165,9 x 85,6 m, kampung ini letaknya tidak jauh dari Dermaga Benteng Kuto Besak. Jadi kalau kalian datang ke sini via dermaga BKB dengan menggunakan ketek, lama perjalanan yang harus ditempuh hanya sekitar 10 menit saja.
Di kampung ini terdapat rumah tinggal Perwira Tinggi yang berasal dari etnis Tionghoa, yang pada masa penjajahan ditunjuk oleh Belanda untuk menjadi pengawas. Pengawas yang bertugas mengurus permasalahan kependudukan, pernikahan hingga urusan pajak yang harus dibayarkan ke Pemerintahan Belanda pada saat itu.
Tempat tinggal Pengawas Kapitan yang masih berdiri sampai saat ini terlihat sekali sentuhan kolonialnya. Tangga melingkar dan pilar-pilar tinggi penopang bangunan di bagian depan rumah terlihat sangat kontras dengan rumah-rumah di sekitarnya. Sayangnya rumah ini baru sebagian terrestorasi, masih dibutuhkan dana dan usaha lebih untuk menjadikan rumah tinggal Sang Kapitan terlihat utuh seperti bangunan kolonial di zamannya.
---
Sebenarnya masih banyak sekali destinasi wisata sejarah yang ada di kota ini. Rumah Limas, Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak dan masih banyak lagi tempat wisata di Palembang yang sarat nilai sejarah.
Saya juga sebenarnya masih belum puas dengan itinerary jalan-jalan kemarin. Tandanya kapan-kapan saya harus datang dan menginap kembali di kota ini. Ya mudah-mudahan ada rezeki dan jodoh untuk datang kembali ke sini.
Kalau kalian bagaimana ? Sudah pernah ke Palembang atau belum ?
Be First to Post Comment !
Wuihhhh foto Pempeknya niat sekali. Bihihihi. Btw angle fotonya ciamik2 juga ya pake prime lens.
Keliling Palembang gak cukup 3 hari ya... Belum nyobain semua makanannya juga. Btw, kamu merhatiin banget sih cerita tour guide-nya. Aku malah gak denger sejarah pempek dari kata apek itu. *ketauan molor* :))
Masih terngiang-ngiang cara Pak Latief menjelaskan heheh
Belum pernah ke Palembang nih aku... bener, memang kalo denger Palembang, yang terbayang pasti empek2. Tulisan blog mba Filly bisa jadi referensi nih kalo suatu saat ke sana
Aku dulu pernah tinggal di palembang selama 2 bulan dan kaget kak soalnya disana orang makan pempek plus cuko pagi2 sebagai sarapan kya aku disini makan nasi uduk. Udah gtu cukonya diminum, hebaatt. Perutku ga kuat heheheh
Aduhhh. Aku seneng banget deh mba kalau ada blogger yg ceritakan suasana disana n perjalanannya dgn jelas dan foto2 yg bagus. Jd berasa ikt dlm perjalanan
Trus mendadak laper dan pengen mpek2 hihihihi
Candy. Pak Raden *ehhh
emak-emak mah gini, kalau foto makanan suka lebay pakai banyak properti wkwkwk.
Wkwkwk iya soalnya suara Pak Latief tuuu keras banget, mau dikata nggak didengerin juga tetep kedengeran. Yo wis dinikmati aja.
Menjelaskan yang mana ya kira-kira ? yang huruf awalannya K bukan ya wkwkwk.
Aku juga kalau nggak diundang Dispar Pariwisata Kota Palembang nggak tahu kapan bakalan mengunjungi Palembang. Makasih Mbak Tia.
Bener banget orang Palembang kalau makan empek-empek kuahnya diminum kayak minum air putih ya.
Makasih Mbak Roos, kalau ke sini mampir di empek-empek candy, beringin atau tince aja mbak. Kalau pak raden kayaknya di Jakarta banyak ya.
Kak, apakah Kampung Arab juga bisa ditempuh dengan transportasi online dari kota? Pengen ke sana tapi nggak mau naik kendaraan umum wkwk.
Saya pertama dan terakhir kali ke Palembang tuh tahun 1985. Sekarang malah foto jadul saya yang berdiri di depan jembatan Ampera jadi viral di IG dan banyak dishare oleh akun-akun Palembang 😁
Ah...jadi pengen ke sana lagi!
Witts... mantap sekali nih tempat wisata Palembang. Waahh.mm ada mpekmpek, saya suka bageet. Di makassar suka pesan sama org palembang yg jual mpek2. Semoga suatu hari sy bisa menginjakkan kaki di Palembang.
Saya belum pernah ke Palembang. Sepanjang Sumatera, baru pernah kunjungi Bengkulu. Kalau dengar Palembang, yang terbayang adalah empek-empek dan songket. Ternyata banyak juga wisata sejarahnya yang keren-keren ya?
Betul sekali Awi, kalau disebut Palembang langsung ingat mpek-mpek.
Padahal banyak juga destinasi wisatanya yang keren.
Tentu saja pengen banget rasakan empek2 langsung di sana ., dan sy penasaran foto lebih banyak lg soal kampung al munawat tehh
Posting Komentar