Jumat, 19 April 2019

Merawat Cagar Budaya, Mempertahankan Identitas Bangsa



Saya merasa beruntung sekali ketika diajak untuk mengikuti seminar dan diskusi tentang “ Pentingnya Memelihara, Merawat dan Mempertahankan Situs Sejarah dan Kebudayaan Kota Makassar di Era Millenial.” Yang diadakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan dan Lembaga Lingkar.

Lembaga lingkar adalah sebuah komunitas yang bergerak dalam menyelenggarakan berbagai acara  yang bertema kebudayaan, sejarah dan satra.  Acara Seminar Cagar Budaya ini sudah menjadi agenda tetap Lembaga Lingkar, diadakan dua kali setahun yang biasanya mengangkat sejarah cagar budaya daerah pecinan dan gedung Kolonial yang ada di Kota Makassar.

Sebagai anak Tangerang Selatan yang sedang merantau ke Makassar, saya merasa diberi kesempatan emas untuk lebih mengenal sejarah kota yang saat ini menjadi tempat tinggal sementara saya. Ya siapa tahu besok-besok ketika saya sudah balik lagi ke Tangerang atau pindah ke kota/negara lain 😀, kenangan tentang Makassar bisa saya ceritakan dengan lengkap mulai dari sejarahnya sampai Makassar di masa kini.


Pentingnya Mengenal Sejarah




Seminar dan diskusi Merawat Cagar Budaya Kota Makassar dilaksanakan dalam dua hari, hari pertama yaitu sesi seminar dan diskusi yang diadakan pada tanggal 13 April 2019. Hari kedua, sesi jalan-jalan ke kawasan pecinan yang ada di Makassar dilaksanakan pada tanggal 14 April 2019.

Pada acara Seminar dan diskusi peserta diajak untuk mengenal dan tahu lebih banyak tentang pentingnya sejarah bagi kehidupan kita dan mengenal sejarah kota Makassar dan perkembangan gedung bersejarah dari masa ke masa.

Acara seminar dibagi menjadi dua sesi, pada sesi pagi hari mengangkat tema cagar budaya sedangkan sesi siang hari mengangkat tema sejarah Kota Makassar dan kawasan Pecinan.

Ki-ka : Bp. Drs. Laode Muhammad Aksa M.hum - Moderator - Kang Asep kambali
Para pembicara yang membawakan materi seminar dan diskusi adalah sbb : Bapak Drs. Laode Muhammad Aksa M.Hum selaku Kepala BPCB Sulawesi Selatan, Kang Asep Kambali seorang Sejarawan dan Pendiri Komunitas Historia Indonesia, Bapak Dias Pradadimara selaku Dosen UNHAS dan Bapak Yeri Wirawan selaku Dosen Universitas Sanata Darma.

“ Untuk menghancurkan suatu bangsa, musnahkan ingatan sejarah generasi mudanya “ -Asep Kambali-

Dari tema diskusi Manajemen Pengelolaan Cagar Budaya yang dibawakan oleh Kang Asep Kambali, Kang Asep menjelaskan bahwa sejarah adalah identitas suatu bangsa, untuk mengenal Indonesia maka kita harus mengenal diri kita karena diri kita tidak bisa dipisahkan dari Indonesia.

Sebagai contoh ketika seorang pelaut Indonesia terbawa arus di lautan lepas, hanyut  sampai ke negara lain kemudian ia mengalami amnesia. Otomatis ia akan kehilangan memori tentang sejarah diri dan hidupnya. Ketika ditemukan dan ditanya asal usulnya, ia tidak akan bisa menyebutkan siapa dirinya dan dari mana dia berasal.

Kurang lebih seperti itulah yang akan terjadi ketika kita tidak mengenal sejarah, kita tidak bisa mengetahui tentang siapa kita, dari mana kita berasal, di mana tempat tinggal kita dst. Sejarah adalah memori masa lalu yang membentuk kita di masa kini.

Untuk mengenali sejarah kita bisa mulai dari mengenal siapa kita, siapa yang melahirkan kita, apa cita-cita kita dan lain sebagainya. Kang Asep menegaskan bahwa sejarah adalah memori kolektif yang harus dirawat, memori kolektif yang mengandung informasi tentang siapa kita, asal usul kita dan dalam konteks besarnya menerangkan tentang asal usul negara kita Indonesia.

Sayangnya di Indonesia sendiri banyak orang masih menganggap sejarah sebagai mata pelajaran dan topik yang kurang begitu penting untuk dipelajari, bahkan ada beberapa kantor pemerintahan yang tidak merekrut mahasiswa lulusan sejarah untuk bisa masuk menjadi karyawannya. *puk puk anak lulusan sejarah 😊.

Padahal kalau kita lihat di negara maju seperti Amerika Serikat, untuk menjadi Anggota Dewan dan Senator seseorang harus lulus tes sejarah. Karena dengan mengenal sejarah negara kita sendiri, kita akan menjadi pribadi yang menghargai  menghargai sebuah proses dan perjuangan.


Saya setuju dengan Kang Asep, saya yakin bahwa sebuah bangsa yang maju dan hebat adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.  Karena dari sejarah kita bisa belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik dan hebat dari apa yang telah diraih oleh nenek moyang dan para pendahulu kita.

Bagaimana menurut kalian ? Setuju jugakah kalian dengan pendapat Kang Asep ?

Tujuan Merawat Cagar Budaya Kota Makassar



Benteng Fort Rotterdam, Kota Makassar
Kelahiran sebuah kota melalui proses sejarah yang panjang dengan memperlihatkan perkembangan dan perubahan baik dari segi fisik dan non fisik.

Menurut Bapak Drs. Laode Muhamad Aksa M.Hum, Kota yang baik adalah kota yang memiliki kenangan tahapan pembangunan, dimana kota bagaikan mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang kemudian mati apabisa tidak terpelihara. Hal ini menyiratkan bahwa suatu kota pasti memiliki kawasan bersejarah.

Pelestarian bangunan bersejarah memiliki tujuan sebagai berikut :

- Kekuatan aset lama, yang bisa memberikan kualitas kehidupan yang lebih bagi masyarakat
- Warisan budaya di masa yang akan datang
- Tetap memelihara identitas bangsa
- Pelestarian agar bangunan bersejarah tetap bisa bertahan dan berdaya guna

Pelestarian bangunan bersejarah agar tetap bertahan dan berdaya guna diterapkan pada banyak bangunan bersejarah yang ada di Kota Makassar. Salah satunya adalah bangunan Benteng Fort Rotterdam. Benteng Fort Rotterdam merupakan benteng peninggalan dari kerajaan Gowa- Tallo, yang bangunannya terletak di pingir pantai.

Sebagai salah satu bangunan cagar budaya yang sarat akan nilai sejarah milik Pemerintah Indonesia , Benteng Fort Rotterdam telah sukses direstorasi menjadi bangunan benteng yang berdiri tegak seperti sedia kala. Pada awal penyerahannya ke Pemerintah Indonesia, bisa dibilang bangunan benteng dalam kondisi yang rusak parah tanpa atap.

BPCP Sulawesi Selatan dan Pemerintah bekerja sama untuk merestorasi bangunan benteng, menyusun kembali bangunan dan mendirikan atap bahkan sampai mencari genting yang memang sesuai dan sama persis dengan genting aslinya. Kerja keraspun terbayarkan, kini bangunan benteng Fort Rotterdam kembali berdiri kokoh di tengah-tengah kota Makassar. 



BPCB Sulawesi Selatan juga berhasil memfungsikan Benteng Rotterdam menjadi tempat wisata di Makassar yang ramai dikunjungi wisatawan, pun sebagai kawasan umum yang bisa difungsikan sebagai tempat berkegiatan seperti mengadakan pameran, konser, seminar dan lain sebagainya.

Kami tidak memungut tiket dari masyarakat untuk masuk ke kawasan Benteng Rotterdam, begitupun dengan acara-acara yang diadakan di sana. Kalau mau menggunakan kawasan benteng syarat adalah harus mau menjaga kebersihan dan tidak buang sampah sembarangan. Karena kalau sampai area benteng kotor, trus kemudian viral di media sosial yang akan menanggung konsekwensinya adalah BPCB. Padahal yang tidak mau buang sampah pada tempatnya adalah para pengunjung ” kurang lebih begitu penjelasan dari Pak Laode selaku Kepala BPCB Sulsel.

Nah untuk kalian yang suka datang ke Benteng Rotterdam sebenarnya masuk ke dalam area benteng itu gratis lho, asalkan jangan lupa untuk selalu memperhatikan kebersihan di sana. Semua itu perlu kita lakukan untuk membuat bangunan cagar budaya ini tetap berdiri, terpelihara dan nyaman untuk dikunjungi.

Buat siapa sih pemerintah melakukan itu semua, selain untuk kita semua dan agar anak cucu kita kelak tetap bisa melihat peninggalan bersejarah ini. Dengan tetap menjaga bangunan bersejarah, berarti kita telah menjaga identitas diri kita sebagai sebuah bangsa. 

Peserta Seminar dan Diskusi Merawat Cagar Budaya.
Ibaratnya nih ya, seburuk-buruknya mantan mereka tetap menjadi bagian dari sejarah hidup kita ya kan ? Apalagi sebaik-baiknya mantan, pasti bikin susah move on, dikenang dan diceritakan terus menerus.

Bangunan cagar budaya memang nggak pas kalau harus dibandingkan dengan mantan, tapi perlu kita ketahui bahwa Kota Makassar masa kini yang dulunya lebih dikenal dengan nama Ujung Pandang (dibaca : Jum Pandang) dibangun dengan proses panjang yang sarat akan cerita dan peristiwa bersejarah yang patut untuk dikenang dan dipelihara. Sama kayak cerita hidup kita sebelum ketemu jodoh, penuh dengan cerita dan peristiwa yang  membuat kita berproses terus tapi susah untuk ditebak endingnya *eh gemana 😆. 

Selain Benteng Rotterdam masih banyak bangunan cagar budaya yang masih terpelihara dengan sangat baik di wilayah pecinan Kota Makassar. Bangunan cagar budaya tersebut akan saya ceritakan di postingan selanjutnya aja yaa, biar kalian balik lagi ke blog ini. 😁

Rabu, 10 April 2019

Mondrian Karya Hannie Hananto Hadir di FEMME CBWF 2019



Nama Hannie Hananto bukan nama yang asing lagi di kalangan pecinta mode tanah air, termasuk diri saya. Walaupun belum memiliki karya beliau, tetapi saya termasuk orang yang sering menikmati karya designer yang juga seorang arsitek ini lalu lalang di majalah mode dan fashion. Majalah yang biasa saya baca sedari muda dulu.

Hannie Hananto telah memulai usahanya dalam bidang fashion muslimah semenjak tahun 2006, jadi sampai saat ini 13 tahun sudah beliau berkecimpung di dunia mode tanah air. Di ajang FEMME dan Celebes Fashion Week 2019 kali ini Hannie Hananto mempersiapkan rancangan khusus untuk pecinta mode di Makassar.

Dalam koleksi dengan tema Mondrian, Hannie Hananto menghadirkan koleksi baju muslim yang playful yang didominasi oleh warna merah, biru, hitam putih dan kuning. Dominasi warna bold dan colorful yang diberi ornamen berbentuk geometris.

Mondrian Sang Pelukis


Piet Mondrian
Sumber Foto : https://en.wikipedia.org/wiki/File:Piet_Mondriaan.jpg

Pieter Cornelis Mondriaan, yang pada tahun 1906 berubah nama menjadi Piet Mondrian adalah seorang pelukis yang berasal dari Belanda. Mondrian dianggap sebagai salah satu seniman terhebat abad 20-an. Mondrian dikenal sebagai pelopor seni abstrak abad-20 dan merupakan penggagas kelompok atau gerakan seni modern, de Stijl.

Gaya abstrak Mondrian diadaptasi oleh designer Hannie Hananto ke dalam 12 koleksi fashion untuk muslimah. Garis geometris yang ada dalam lukisan Piet Mondrian berusaha dipindahkan pada kanvas baju koleksinya.

Karya Piet Mondrian : Composition II in Red, Blue and Yellow
https://en.wikipedia.org/wiki/File:Piet_Mondriaan,_1930_-_Mondrian_Composition_II_in_Red,_Blue,_and_Yellow.jpg
Kalian bisa browsing terlebih dahulu karya seni Piet Mondrian yang berjudul Broadway Boogie-Woogie, Compotition No.10, Compotition A dan lainnya,  sebelum melihat koleksi Hannie Hananto yang akan saya bahas ini. Mungkin akan bisa membantu dalam memahami karya Mondrian yang ingin ditampilkan oleh Hannie Hananto koleksinya yang dibuat khusus untuk FEMME 2019 ini.

Koleksi Mondrian karya Hannie Hananto




Mondrian yang diterjemahkan dalam sebuah koleksi fashion oleh Hannie Hananto, merupakan sebuah karya yang sangat apik, sangat playful tapi tetap modest. Beberapa koleksi dihadirkan dalam two pieces outfit, atasan dan bawahan juga gamis dengan outer.

Beberapa baju  atau dress terusan dibuat dari warna polos baik hitam, putih dan biru yang diberi aksen geometris berupa garis stripes, persegi panjang, bundar dan asimetris bertumpuk dengan motif lainnya. Garis dan aksen geometris diberikan secara kontras, memberikan aksen yang kuat pada koleksinya.

Menurut saya koleksi Hannie Hananto berhasil metransfer motif abstrak ciri khas Mondrian ke dalam busana muslim. Koleksi ini menampilkan warna Mondrian secara keseluruhan, yang dibubuhkan dengan sangat apik dan menarik tapi tidak berlebihan.

Tidak ketinggalan tampilan para model juga diperkuat dengan aksesoris tas dan topi. Topi yang digunakan para model, adalah topi berdesign khas perempuan Belanda, yang melebar  ke bagian samping . Dibuat dengan warna dan design Mondrian, membuat koleksinya menjadi semakin menarik secara paripurna.

Sebagai penikmat mode dan bloger yang meliput fashion show Mondrian, menurut saya koleksi ini wajib untuk dimiliki oleh para wanita masa kini,. Sekeren apa karya Hannie Hananto, yuk kita lihat koleksinya.


Design two pieces seperti ini sangat cantik digunakan untuk kalian pecinta mode yang berjiwa muda. Pun dress asimetris yang ada di bawah ini terkesan simple tapi penuh dengan detail. Dress seperti ini bisa dipadukan dengan hijab polos dan sepatu casual atau formal tergantung acara apa yang akan kita datangi.








Tampilan dress diatas sangat modest dan syar'i tapi tetap fashionable. Dress ini dibuat dalam dua warna yaitu hitam dan putih. Dua-duanya sama-sama cantik.





Keren ya koleksi Mondrian karya Hanni Hananto. Kalau menurut aku sih iyess, bagaimana menurut kalian ?

Custom Post Signature

Custom Post  Signature