Saya merasa beruntung sekali
ketika diajak untuk mengikuti seminar dan diskusi tentang “ Pentingnya
Memelihara, Merawat dan Mempertahankan Situs Sejarah dan Kebudayaan Kota
Makassar di Era Millenial.” Yang diadakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya
(BPCB) Sulawesi Selatan dan Lembaga Lingkar.
Lembaga lingkar adalah sebuah
komunitas yang bergerak dalam menyelenggarakan berbagai acara yang bertema kebudayaan, sejarah dan
satra. Acara Seminar Cagar Budaya ini
sudah menjadi agenda tetap Lembaga Lingkar, diadakan dua kali setahun yang biasanya
mengangkat sejarah cagar budaya daerah pecinan dan gedung Kolonial yang ada di
Kota Makassar.
Sebagai anak Tangerang Selatan
yang sedang merantau ke Makassar, saya merasa diberi kesempatan emas untuk
lebih mengenal sejarah kota yang saat ini menjadi tempat tinggal sementara
saya. Ya siapa tahu besok-besok ketika saya sudah balik lagi ke Tangerang atau pindah ke kota/negara lain 😀,
kenangan tentang Makassar bisa saya ceritakan dengan lengkap mulai dari
sejarahnya sampai Makassar di masa kini.
Pentingnya Mengenal Sejarah
Seminar dan diskusi Merawat Cagar
Budaya Kota Makassar dilaksanakan dalam dua hari, hari pertama yaitu sesi
seminar dan diskusi yang diadakan pada tanggal 13 April 2019. Hari kedua, sesi
jalan-jalan ke kawasan pecinan yang ada di Makassar dilaksanakan pada tanggal
14 April 2019.
Pada acara Seminar dan diskusi
peserta diajak untuk mengenal dan tahu lebih banyak tentang pentingnya sejarah
bagi kehidupan kita dan mengenal sejarah kota Makassar dan perkembangan gedung
bersejarah dari masa ke masa.
Acara seminar dibagi menjadi dua
sesi, pada sesi pagi hari mengangkat tema cagar budaya sedangkan sesi siang
hari mengangkat tema sejarah Kota Makassar dan kawasan Pecinan.
Ki-ka : Bp. Drs. Laode Muhammad Aksa M.hum - Moderator - Kang Asep kambali |
Para pembicara yang membawakan
materi seminar dan diskusi adalah sbb : Bapak Drs. Laode Muhammad Aksa M.Hum
selaku Kepala BPCB Sulawesi Selatan, Kang Asep Kambali seorang Sejarawan dan
Pendiri Komunitas Historia Indonesia, Bapak Dias Pradadimara selaku Dosen UNHAS
dan Bapak Yeri Wirawan selaku Dosen Universitas Sanata Darma.
“ Untuk menghancurkan suatu bangsa, musnahkan ingatan sejarah generasi mudanya “ -Asep Kambali-
Dari tema diskusi Manajemen
Pengelolaan Cagar Budaya yang dibawakan oleh Kang Asep Kambali, Kang Asep
menjelaskan bahwa sejarah adalah identitas suatu bangsa, untuk mengenal
Indonesia maka kita harus mengenal diri kita karena diri kita tidak bisa
dipisahkan dari Indonesia.
Sebagai contoh ketika seorang pelaut Indonesia terbawa
arus di lautan lepas, hanyut sampai ke
negara lain kemudian ia mengalami amnesia. Otomatis ia akan kehilangan memori
tentang sejarah diri dan hidupnya. Ketika ditemukan dan ditanya asal usulnya, ia tidak akan bisa menyebutkan siapa dirinya dan dari mana dia berasal.
Kurang lebih seperti itulah yang akan terjadi ketika kita tidak
mengenal sejarah, kita tidak bisa mengetahui tentang siapa kita, dari mana kita
berasal, di mana tempat tinggal kita dst. Sejarah adalah memori masa lalu yang membentuk kita di masa kini.
Untuk mengenali sejarah kita bisa
mulai dari mengenal siapa kita, siapa yang melahirkan kita, apa cita-cita kita
dan lain sebagainya. Kang Asep menegaskan bahwa sejarah adalah memori kolektif yang
harus dirawat, memori kolektif yang mengandung informasi tentang siapa kita,
asal usul kita dan dalam konteks besarnya menerangkan tentang asal usul negara kita Indonesia.
Sayangnya di Indonesia sendiri
banyak orang masih menganggap sejarah sebagai mata pelajaran dan topik yang
kurang begitu penting untuk dipelajari, bahkan ada beberapa kantor pemerintahan
yang tidak merekrut mahasiswa lulusan sejarah untuk bisa masuk menjadi
karyawannya. *puk puk anak lulusan sejarah 😊.
Padahal kalau kita lihat di
negara maju seperti Amerika Serikat, untuk menjadi Anggota Dewan dan Senator
seseorang harus lulus tes sejarah. Karena dengan mengenal sejarah negara kita
sendiri, kita akan menjadi pribadi yang menghargai menghargai sebuah proses dan perjuangan.
Saya setuju dengan Kang Asep, saya yakin bahwa sebuah bangsa yang maju dan hebat adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Karena dari sejarah kita bisa belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik dan hebat dari apa yang telah diraih oleh nenek moyang dan para pendahulu kita.
Saya setuju dengan Kang Asep, saya yakin bahwa sebuah bangsa yang maju dan hebat adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Karena dari sejarah kita bisa belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik dan hebat dari apa yang telah diraih oleh nenek moyang dan para pendahulu kita.
Bagaimana menurut kalian ?
Setuju jugakah kalian dengan pendapat Kang Asep ?
Tujuan Merawat Cagar Budaya Kota Makassar
Benteng Fort Rotterdam, Kota Makassar |
Kelahiran sebuah kota melalui
proses sejarah yang panjang dengan memperlihatkan perkembangan dan perubahan
baik dari segi fisik dan non fisik.
Menurut Bapak Drs. Laode Muhamad
Aksa M.Hum, Kota yang baik adalah kota yang memiliki kenangan tahapan
pembangunan, dimana kota bagaikan mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang
kemudian mati apabisa tidak terpelihara. Hal ini menyiratkan bahwa suatu kota
pasti memiliki kawasan bersejarah.
Pelestarian bangunan
bersejarah memiliki tujuan sebagai berikut :
- Kekuatan aset lama, yang bisa
memberikan kualitas kehidupan yang lebih bagi masyarakat
- Warisan budaya di masa yang
akan datang
- Tetap memelihara identitas
bangsa
- Pelestarian agar bangunan
bersejarah tetap bisa bertahan dan berdaya guna
Pelestarian bangunan bersejarah
agar tetap bertahan dan berdaya guna diterapkan pada banyak bangunan bersejarah yang ada di Kota Makassar. Salah satunya adalah bangunan Benteng Fort Rotterdam. Benteng Fort Rotterdam merupakan benteng peninggalan dari kerajaan Gowa- Tallo, yang bangunannya terletak di pingir pantai.
Sebagai salah satu bangunan cagar budaya yang sarat akan
nilai sejarah milik Pemerintah Indonesia , Benteng Fort Rotterdam telah sukses direstorasi menjadi bangunan benteng yang berdiri
tegak seperti sedia kala. Pada awal penyerahannya ke Pemerintah Indonesia, bisa dibilang bangunan benteng dalam kondisi yang rusak parah tanpa atap.
BPCP Sulawesi Selatan dan Pemerintah bekerja sama untuk merestorasi bangunan benteng, menyusun kembali bangunan dan mendirikan atap bahkan sampai mencari genting yang memang sesuai dan sama persis dengan genting aslinya. Kerja keraspun terbayarkan, kini bangunan benteng Fort Rotterdam kembali berdiri kokoh di tengah-tengah kota Makassar.
BPCB Sulawesi Selatan juga
berhasil memfungsikan Benteng Rotterdam menjadi tempat wisata di Makassar yang ramai
dikunjungi wisatawan, pun sebagai kawasan umum yang bisa difungsikan sebagai
tempat berkegiatan seperti mengadakan pameran, konser, seminar dan lain
sebagainya.
“ Kami tidak memungut tiket dari
masyarakat untuk masuk ke kawasan Benteng Rotterdam, begitupun dengan
acara-acara yang diadakan di sana. Kalau mau menggunakan kawasan benteng syarat
adalah harus mau menjaga kebersihan dan tidak buang sampah sembarangan. Karena
kalau sampai area benteng kotor, trus kemudian viral di media sosial yang akan
menanggung konsekwensinya adalah BPCB. Padahal yang tidak mau buang sampah pada
tempatnya adalah para pengunjung ” kurang lebih begitu penjelasan dari Pak Laode
selaku Kepala BPCB Sulsel.
Nah untuk kalian yang suka datang
ke Benteng Rotterdam sebenarnya masuk ke dalam area benteng itu gratis lho, asalkan jangan lupa untuk selalu
memperhatikan kebersihan di sana. Semua itu perlu kita lakukan untuk membuat bangunan cagar budaya
ini tetap berdiri, terpelihara dan nyaman untuk dikunjungi.
Buat siapa sih pemerintah
melakukan itu semua, selain untuk kita semua dan agar anak cucu kita
kelak tetap bisa melihat peninggalan bersejarah ini. Dengan tetap menjaga bangunan bersejarah, berarti kita telah menjaga identitas diri kita sebagai sebuah bangsa.
Peserta Seminar dan Diskusi Merawat Cagar Budaya. |
Ibaratnya nih ya, seburuk-buruknya mantan mereka tetap menjadi bagian dari sejarah hidup kita ya kan ? Apalagi sebaik-baiknya mantan, pasti bikin susah move on, dikenang dan diceritakan terus menerus.
Bangunan cagar budaya memang nggak pas kalau harus dibandingkan dengan mantan, tapi perlu kita ketahui bahwa Kota Makassar masa kini yang dulunya lebih dikenal dengan nama Ujung Pandang (dibaca : Jum Pandang) dibangun dengan proses panjang yang sarat akan cerita dan peristiwa bersejarah yang patut untuk dikenang dan dipelihara. Sama kayak cerita hidup kita sebelum ketemu jodoh, penuh dengan cerita dan peristiwa yang membuat kita berproses terus tapi susah untuk ditebak endingnya *eh gemana 😆.
Bangunan cagar budaya memang nggak pas kalau harus dibandingkan dengan mantan, tapi perlu kita ketahui bahwa Kota Makassar masa kini yang dulunya lebih dikenal dengan nama Ujung Pandang (dibaca : Jum Pandang) dibangun dengan proses panjang yang sarat akan cerita dan peristiwa bersejarah yang patut untuk dikenang dan dipelihara. Sama kayak cerita hidup kita sebelum ketemu jodoh, penuh dengan cerita dan peristiwa yang membuat kita berproses terus tapi susah untuk ditebak endingnya *eh gemana 😆.
Selain Benteng Rotterdam masih
banyak bangunan cagar budaya yang masih terpelihara dengan sangat baik di
wilayah pecinan Kota Makassar. Bangunan cagar budaya tersebut akan saya ceritakan
di postingan selanjutnya aja yaa, biar kalian balik lagi ke blog ini. 😁