Saya di depan salah satu masjid bersejarah di Melaka, yaitu Masjid Tanah di Melaka. |
Ya wisata seperti ini biasanya sering disebut dengan wisata religi. Wisata religi tidak hanya sekedar datang untuk beribadah atau rekreasi dan santai-santai saja. Saat mendatangi tempat beribadah seperti masjid contohnya biasanya tujuan utama kita adalah untuk menunaikan ibadah sholat saja, padahal selain beribadah dan sekedar melepas penat datang ke masjid di daerah atau negara lain bisa kita jadikan sebagai sebuah kegiatan wisata.
Dengan melakukan wisata religi kita bisa mendapatkan dua manfaat, yaitu manfaat bertambahnya pengetahuan sejarah dan wawasan keagamaan juga manfaat ketenangan hati karena traveling jalan ibadahpun tetap jalan hal itu bisa memperdalam rasa spiritual yang kita miliki.
Kita juga bisa mendapatkan cerita yang melatar belakangi sejarah dibangunnya masjid yang kita datangi bahkan sejarah islam di masa lampau. Syukur-syukur kalau bisa jadi konten blog atau vlog, lumayan kan ada cerita bermanfaat yang bisa dibagikan.
Dengan melakukan wisata religi kita bisa mendapatkan dua manfaat, yaitu manfaat bertambahnya pengetahuan sejarah dan wawasan keagamaan juga manfaat ketenangan hati karena traveling jalan ibadahpun tetap jalan hal itu bisa memperdalam rasa spiritual yang kita miliki.
Kita juga bisa mendapatkan cerita yang melatar belakangi sejarah dibangunnya masjid yang kita datangi bahkan sejarah islam di masa lampau. Syukur-syukur kalau bisa jadi konten blog atau vlog, lumayan kan ada cerita bermanfaat yang bisa dibagikan.
Seperti yang saya dan teman-teman Vlogger dan Blogger dari Jakarta dan Malaysia lakukan ketika kami datang ke Melaka pada Agustus 2019 lalu. Selain mendatangi tempat wisata sejarah dan kekinian, tidak lupa kami pun berwisata religi dengan mendatangi tiga bangunan masjid yang unik, berarsitektur menarik dan sarat akan cerita dan sejarah.
Masjid Selat Melaka
Masjid Selat Melaka adalah masjid yang pertama kali saya datangi, persis di hari pertama saya sampai di Melaka sore harinya saat menjelang magrib saya dan teman-teman diajak mendatangi masjid ini. Pastinya bukan tanpa alasan kenapa kami datang saat sore hari.
Masjid Selat Melaka adalah masjid terapung yang posisinya persis berada di Selat Melaka, terletak di Kampung Bandar Hilir, Melaka. Bangunan Masjid Selat Melaka dibangun mengapung di atas Selat Malaka, dengan pondasi menancap di bawah air laut.
Bangunan Masjid Selat Melaka dipengaruhi oleh gaya arsitektur dari Melayu dan Timur Tengah dengan kubah enamel berwarna emas dengan ukiran berwarna biru, membuat bangunan masjid terlihat sangat megah dan cantik. Bangunan masjid memiliki empat buah menara yang menyatu dengan bangunan masjid, terletak di sisi kiri dan kanan bagian depan dan belakang masjid, menurut informasi yang saya dapat bangunan menara seperti ini mengadopsi arsitektur Masjid Nabawi.
Terdapat juga menara pengeras suara setinggi 30meter jauh lebih tinggi dari empat menara yang menyatu dengan bangunan masjid, posisinya ada di bagian sayap kanan masjid terpisah dari bangunan utama Masjid Selat Melaka. Bagian belakang bangunan masjid ini menghadap langsung ke Selat Melaka, sehingga pemandangan lautan lepas yang merupakan selat terpanjang dan tersibuk di dunia bisa kita nikmati sejauh mata memandang cukup dilihat dari teras bagian belakang masjid.
Pada sore hari halaman Masjid Selat Melaka akan ramai, tidak hanya ramai oleh pengunjung yang akan melaksanakan ibadah Magrib saja. Area halaman masjid akan dipenuhi oleh para pengunjung dan wisatawan yang datang untuk melihat matahari tenggelam dari halaman masjid.
Para pengunjung dan wisatawan manca negara yang sedang menunggu sunset di dekat Masjid Selat Melaka |
Masjid ini bisa buka mulai jam 09.00-22.00, wisatawan boleh masuk dengan bebas asalkan berpakaian sopan dan rapih. Untuk wisatawan perempuan wajib menggunakan penutup kepala atau hijab, jika kalian tidak membawanya kalian bisa meminjam ke pengelola masjid.
Pekan Masjid Tanah Melaka
Masjid Tanah Melaka terletak di wilayah Alor Gajah Melaka, Malaysia. Masjid ini diberi nama masjid tanah karena asal bangunan masjid ini dibangun dari tanah, tepatnya tanah liat dan putih telur yang digunakan sebagai perekat. Bagian dinding masjid yang terbuat dari tanah masih disisakan sedikit agar bisa dilihat oleh pengunjung yang datang.
Saat saya datang ke sana, masjid ini sepertinya sedang dalam tahap renovasi. Renovasi yang sedang terhenti tepatnya, karena para pekerjanya sedang tidak ditempat. Tumpukan bata dan pasir juga terpal terlihat berserakan di bagian depan masjid. Walaupun tidak bisa masuk sampai ke area bagian dalam masjid karena dikunci, masjid ini masih bisa dikunjungi dan dilihat hanya sampai area teras.
Sisa bangunan masjid yang terbuat dari tanah liat masih bisa dilihat di sini. |
Masjid Tanah termasuk bangunan bersejarah yang dilindungi oleh pemerintah Malaysia, menurut papan nama masjid yang saya lihat tergeletak di halaman masjid ini dibangun pada tahun 1900. Sedangkan menurut sejarah yang saya baca di Wikipedia, masjid ini dibangun pada tahun 1800an oleh Sheikh yang berasal dari Gujarat. Orang Malaysia yang juga ikut berkerja keras membangun masjid ini adalah Hj. Sulong bin Sibeng.
Pada zaman dahulu masjid ini menjadi tempat sholat untuk orang-orang dari beberapa kampung sekitar, pada masa itu bangunan masjid belum ada di setiap kampung. Masjid ini terletak di daerah kota perdagangan yang ramai dan persinggahan orang-orang yang melakukan perjalanan dari Melaka ke Alor Gajah, begitupun sebaliknya.
Walaupun usianya sudah berabad-abad lamanya, tetapi kondisi bangunan masjid ini masih terpelihara dengan sangat baik. Masjid satu lantai ini terletak diantara pemukiman dan area perdagangan yang cukup padat, bangunannya yang lawas terlihat kontras dengan bangunan lain di sekitarnya.
Begitulah seharusnya sebuah bangsa dalam menghargai sejarahnya, yaitu tetap menjaga dan memeliharanya bangunan bersejarahnya tanpa harus merubah apalagi merobohkannya hanya karena alasan usang atau mengejar keuntungan sesaat saja.
Masjid Datuk Machap
foto dari : @meran_johvi |
Datuk Machap adalah seorang ulama Bugis yang berasal dari Makassar, beliau datang ke Melaka pada tahun 1500 untuk berdagang yaitu pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah. Kebaikan ahlak dan kepintaran beliau dalam berdagang menarik perhatian Sultan, hingga akhirnya Datuk Machap diangkat menjadi Imam Diraja.
Masjid Datuk Machap berada di dataran tingi yang dikelilingi oleh danau yang saat dijadikan sumber air untuk warga Melaka. |
Bangunan masjid Datuk Machap saat ini |
Bangunan Masjid Datuk Machap yang berdiri sampai saat ini, adalah bangunan yang sudah direnovasi menjadi bangunan permanen dari tembok. Masjid Datuk Machap bukan bangunan publik yang bisa dimasuki dengan bebas, untungnya kami datang dengan team dari Malacca Tourism Board jadi kami semua bisa dapat akses masuk untuk melihat bangunan masjid dari dekat dan tidak lupa untuk foto-foto cantik di sana.
---
Wisata religi dengan mendatangi Masjid bersejarah yang ada di Melaka telah memberikan wawasan tambahan bagi diri saya. Bahwa kebutuhan dan kebebasan beribadah adalah hak dasar manusia yang tidak boleh dibatasi oleh siapapun, bahkan di tahun 1500-an kurang lebih 6 abad yang lalu keberadaan tempat beribadah sudah menjadi kebutuhan utama dimana banyak orang dari desa lain rela pergi ke masjid yang berada di luar desanya.
Nah kalau kalian ada rencana pergi ke Melaka kira-kira masjid mana yang ingin kalian kunjungi terlebih dahulu ?