Senin, 26 Agustus 2019

5 Hal yang Membuat Galeri Demang Abdul Ghani di Melaka Unik dan Cantik


Melaka adalah salah satu destinasi wisata di Negara Jiran Malaysia yang secara letak geografis bisa dibilang berdekatan dengan kota Palembang, ibu kota Provinsi Sumatera Selatan.

Menurut beberapa catatan sejarah juga disebutkan bahwa ada banyak kemiripan budaya, bahasa dan kebiasaan lainnya yang dimiliki oleh masyarakat di Melaka dengan kebudayaan yang ada di Palembang.

Cerita rakyat tentang asal usul kota Melaka dan Prabu Pameswara bisa dibilang menjadi salah satu bukti bahwa Palembang memiliki peran dan hubungan yang sangat dekat dengan Melaka.

Rumah Demang Abdul Ghani, Melaka


Bloger dan Vlogger Indonesia-Malaysia yang berkolaborasi meliput di Melaka
Kedekatan Indonesia dan Malaysia bisa dilihat dari banyaknya kemiripan yang dimiliki oleh kedua negara ini. Mulai dari kemiripan budaya, pakaian, kuliner, arsitektur bangunan dan masih banyak lagi. Ya tentu saja karena keduanya memang berasal dari satu rumpun, jadi wajar saja jika punya banyak kemiripan.

Saat satu kemiripian arsitektur bangunan rumah adatnya dengan Indonesia saya temukan saat saya datang ke Melaka, lebih tepatnya saat saya mengunjungi Galeri Abdul Ghani yang ada di Kota Melaka, Malaysia pada tanggal 24 Agustus 2019 bersama para teman Vlogger dan Blogger Indonesia dan Malaysia.

Bagian teras rumah bagian depan, yang dahulunya digunakan sebagai tempat menerima tamu, bermusyawarah dan tempay nerima laporan atau aduan dari masyarakat.
Galeri Abdul Ghani adalah sebuah rumah yang dibangun pada tahun 1894 oleh Abdul Ghani yang merupakan keturunan dari orang Palembang, Indonesia. Galeri ini juga sering disebut dengan sebutan Rumah Pengulu Natar atau Istana Merlimau, mungkin karena berada di jalan Merlimau jadi disebut dengan nama itu.

Pada zaman dulu rumah Abdul Gani tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal kepala kampung/daerah saja. Rumah ini juga dijadikan pusat administratif desa dan tempat untuk bermusyawarah dan berkumpul untuk membahas masalah dan banyak hal yang sedang terjadi di masyarakat.

Melaka
Bagian tengah galeri Abdul Ghani
Rumah ini terdiri dari tiga bangunan rumah, yaitu rumah utama yang berupa rumah panggung terletak bagian depan, digunakan sebagai kantor dan tempat tinggal. Bangunan kedua berada persis di belakang rumah utama, dulunya digunakan sebagai ruang untuk berkumpul para perempuan dan anak-anak saat siang hari, berupa bangunan rumah panggung yang dibuat dari kayu berwarna coklat.


Dinding kayu dengan pilar berlubang menghadap ke halaman belakang rumah yang luas dan lapang
Bangunan kedua ini merupakah bangunan rumah dengan area terbuka, dibagian depan bangunan dibangun tanpa dinding kayu sama sekali hanya diberi pagar kayu, sedangkan bagian belakang nya pun hanya ditutupi oleh dinding kayu dengan pilar kayu sebagai jendela dan lubang tempat keluar masuk angin. Dari dinding pilar kayu, kita bisa terlihat halaman belakang rumah yang sangat luas dan merasakan angin yang berhempus melewati lubang pilar.

Penjara yang terletak di rumah bagian belakang.
Bagian samping rumah belakang terdapat bangunan yang terdiri dari dua ruangan saling berhadapan dipisahkan oleh koridor yang tidak terlalu besar, satu ruangan digunakan sebagai dapur dan satunya lagi digunakan sebagai penjara. Bangunan rumah ketiga ini merupakan bangunan permanen berdinding tembok, ya mungkin karena sebagian fungsinya sebagai penjara jadi bangunannya dibuat permanen ya.

Ya rumah ini juga dulunya dijadikan sebagai tempat untuk menggelar sidang untuk tidak kejahatan yang terjadi di masyarakat, jika sang terdakwa terbukti bersalah akan dimasukan ke dalam sel yang berada di bagian belakang rumah.


5 Hal yang Membuat Galeri Demang Abdul Ghani di Melaka Unik dan Cantik




Galeri Abdul Ghani ini memiliki banyak sekali keunikan, tidak hanya bentuk bangunannya saja yang unik tapi cerita dan pengaruh budaya yang ada di rumah ini pun sangat beragam. Yuk kita intip apa saja keunikan tersebut.

1. Aristektur Bangunannya Dipengaruhi oleh 4 Negara Sekaligus, Indonesia Salah Satunya.


Menurut informasi dari Kak Yatie Sahlan, yang merupakan tour guide kami dari Tourism Board of Malacca, disebutkan bahwa arsitektur bangunannya dipengaruhi oleh bangunan yang ada di Malaysia, Palembang (Indonesia), Champa (Vietnam) dan Filipina.

Atap bangunannya mengadaptasi atap limas seperti bangunan rumah yang biasa dijumpai di Palembang dan juga di Malaysia.

2. Struktur Bangunan Dibuat dari Kayu Tanpa Menggunakan Paku





Sama seperti kebanyakan rumah tradisional yang dibuat kayu yang ada di Indonesia, biasanya dibangun dengan sistem knockdown tanpa paku. Rumah Galeri Abdul Ghani juga dibangun  tanpa menggunakan paku, menggunakan kayu keras berkualitas tinggi seperti Merbau, Cengal dan kayu jati. Pantas saja rumah ini masih bertahan dan berdiri tegak walaupun usianya sudah lebih dari seabad lamanya.

3. Ditinggali oleh 3 Generasi Penghulu


Tiga Generasi keluarga dan keturunan dari Abdul Ghani menempati rumah ini, uniknya semua keturunannya juga menjadi pemimpin desa yang biasa dipanggil dengan sebutan penghulu atau demang. Demang, mirip ya namanya dengan sebutan kepala distrik atau wedana pada masa penjajahan Belanda di Indonesia.

Ketiga keturunan Abdul Ghani yang mendiami rumah ini adalah, Penghulu Abdul Majid (1831-1834), Demang Abdul Ghani bin Abdul Majid (1834-1934) dan Penghulu Mat Natar bin Abdul Ghani (1934-1978). 

4. Penuh Warna



lantai keramik yang penuh warna
Istana Merlimau memang hanya sebuah rumah penghulu/demang tapi detail dari arsitektur rumah ini dibuat dengan sangat apik, cermat serta penuh warna. Karya seni berupa ukiran kayu bisa dijumpai di bagian rumah seperti jendela, pilar, dinding kayu dan lainnya.

Ukiran berbentuk naga berwarna merah dan emas yang terlihat di bagian depan dinding rumah memiliki arti kemakmuran dan kekuatan serta perlindungan. Selain ukiran yang sangat cantik, di area tangga dan beranda rumah dipasangi keramik lantai berwarna warni. Keramik yang berasal asli berasal dari Itali dan China ini terlihat sangat cantik menambahkan semarak suasana di area bagian depan rumah.

5. Tua Tetapi Tetap Instagrammable!



Usia satu abad lebih tidak membuat Galeri Abdul Ghani kehilangan pesonanya dan tetap bisa bersaing dengan tempat wisata kekinian yang dibangun atau eksis di masa kini. Segala sesuatu yang unik dan memiliki signature pastinya akan selalu memberi kesan kan yaa.

Begitupun dengan Galeri Abdul Ghani, keunikannya bisa dibilang masuk dalam kategori tempat yang sangat instagrammable, sulit untuk dilewatkan begitu saja. Setiap ruangan dan sudut rumah ini seperti menawarkan dirinya untuk diabadikan dalam foto, rumah ini menjadi bukti bahwa yang tua juga bisa terlihat kekinian.


Untuk kalian yang mau datang ke sini harap dicatat baik-baik Galeri Abdul Ghani buka dari hari Selasa-Minggu dari jam 09.00 Am - 17.30 Pm waktu Melaka, jadi hari Senin tutup ya. Tiket masuk yang harus dibayarkan ketika berkunjung ke sini adalah RM 3 untuk wisatawan domestik dan RM 5 untuk turis asing. Cukup murah ya, kalau di rupiahkan sekitar hampir Rp. 20.000 saja.

Alamat Galeri Abdul Ghani ada di Taman Merlimau Jaya, 77300 Melaka, Malaysia. Untuk kalian yang ingin pergi ke sini saat berkunjung ke Melaka, untuk urusan transportasi mungkin kalian bisa menggunakan Grab car atau Grab taxi ya.

Galeri Abdul Ghani merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib masuk dalam daftar itinerary saat kalian berkunjung ke Melaka, saat berkunjung ke sini jangan lupa untuk menggunakan outfit yang mendukung ya, soalnya di tempat ini banyak sekali spot foto yang bagus. Lumayan lah kalau mau bikin setok foto instagram, bisa dapat banyak.




Sumber tambahan :
https://en.wikipedia.org/wiki/Demang_Abdul_Ghani_Gallery#cite_note-thatsofarah.com-8
http://thatsofarah.com/%EF%BB%BFrumah-demang-haji-abdul-ghani/
Be First to Post Comment !
mardanurdin.com mengatakan...

Saya gagal fokus sama kalimat ini, "yang tua juga bisa terlihat kekinian" Tapi memang iya, cocok dengan apa yang dipaparkan teh Awie. Walaupun bangunannya sudah seabad tetapi tetap awet, dan sangat indah. Yah, begitulah, yang tua juga bisa terlihat kekinian. Bukankah orang juga bisa seperti itu? Eh ...

Eryvia Maronie mengatakan...

Setelah baca tulisan ini, saya jadi pengen balik ke Melaka deh...
Kenapa??
Soalnya waktu itu saya gak ke Galeri Demamg Abdul Gani ini!! Huuhu...
Padahal cantik dan berlatar sejarah ya.

I wonder, gimana tuh mereka yang pernah di penjara di belakang rumah itu? Penjaranya juga bagus keliatannya. Berjendela. Mungkin jadinya pada betah kali yee? Heheh...

Mugniar mengatakan...

Masya Allah, cantiknya dih. Saya suka sekali rumah kayu. Penasaran sama rumah kayu di Melaka ini.

Abby Onety mengatakan...

Saat berkunjung ke tempat ini, saya melihat banyak sekali persamaan budaya dengan Indonesia. Baju adat dan bahasa daerah yang hampir sama bahkan ada yg persis sama.

Melaka merupakan tempat yang pas bagi yang ingin mengenal sejarah perdagangan rempah masa lalu.

Kapan ya bisa ke Malacca lagii...

Posting Komentar

Custom Post Signature

Custom Post  Signature