Sabtu, 28 Oktober 2017

Generasi Z si Anak Zaman Sekarang ( Kids Zaman Now)


Ketika saya diminta untuk menuliskan realita anak zaman sekarang yang belakang lebih sering ditulisan dengan kata-kata #Kidszamannow ini, saya bertanya dalam hati siapa kah anak-anak zaman sekarang ini?. Maksudnya jangan sampai salah tulis. Dan kira-kira berapa usia rata-rata mereka?.

Sebutan anak-anak itu sendiri dibagi kedalam 3 fase perkembangan sesuai dengan usianya, yaitu : Fase Infant atau Bayi yang dikategorikan berusia 1-2tahun, Fase Childhood atau anak-anak yang fasenya terbagi 2 yaitu Anak kecil : untuk usia 1-6 tahun dan Anak besar ; untuk usia 7-12 tahun. Kemudian fase Fase Remaja : yang diisi oleh anak-anak usia 13- 21 tahun.

Berarti semua orang yang masuk pada usia 0 - 21 tahun masih bisa dibilang sebagai anak-anak atau anak remaja ya. Setelah diatas usia 21 tahun baru bisa dibilang dewasa, untuk kalian yang masih dibawah 21 tahun tolong ya baca : Kalian itu belum dewasa 😀✌. Dewasa secara usia ya kakak/adek, dewasa kan definisinya lain-lain. Ada dewasa karena pengalaman, ada juga dewasa karena tuntutan *eh.

Anak zaman sekarang ini lah yang saat ini menjadi sorotan tulisan Mba Anindita di tulisannya ini, tulisan trigger post yang ditulis untuk tema #KEBloggingCollab kelompok #NadjwaShihab. Dalam tulisannya Mba Anin bertanya kepada kami, teman-teman blogernya : "Kids zaman now, kemajuan atau kemunduran Bangsa? ".

Baca juga : Membuat Long Term Life Plan ala Fillyawie

Generasi Z si Anak Zaman Sekarang 

Photo anak-anak generasi Z yang berasal dari sebuah desa di Toraja Utara, saya bertemu mereka awal tahun ini. Siapa tahu salah satu anak di photo ini yang akan menjadi pemimpin negara kita selanjutnya.

Mau ngomongin anak zaman sekarang, biar nggak salah yuk kita kenalan terlebih dahulu dengan mereka. Anak zaman sekarang masuk kedalam kategori anak generasi Z, walaupun ada beberapa perbedaan pendapat dalam menetapkan usia lahirnya anak-anak generasi Z ini, tapi banyak juga pendapat yang menyatakan bahwa anak generasi Z lahir pada rentang tahun 1995-2010 ada juga yang bilang 1995-2014. Berdasarkan perhitungan tahun kelahiran mereka kemungkinan usia anak-anak generasi Z saat ini kurang lebih ada di rentang usia 3-22 tahun, usia yang masih bisa dikategorikan sebagai anak-anak dan anak remaja ya.

Generasi Z dikenal sebagai generasi digital, karena mereka lahir ketika era teknologi informasi sudah cukup maju dan berkembang pesat. Dengan begitu internet dan apapun yang berhubungan dengan teknologi informasi merupakan hal yang bisa dibilang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Berbeda dengan generasi sebelumnya, anak-anak generasi Z ini sedari kecil sudah terbiasa sekali dengan yang namanya internet dan aplikasi teknologi.

"Bukan hal yang aneh lagi jika anak-anak akrab dengan permainan ponsel, Youtube, Facebook, Instagram, Twitter, dan media sosial lainnya. Anak zaman sekarang, lebih memilih memelototi handphone masing-masing. Dan, di sinilah masalah timbul." - Anindita -

Teknologi informasi dan peralatannya sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan anak-anak zaman sekarang. Jadi mau tidak mau dan suka atau tidak suka, kita perlu memahami bahwa anak-anak generasi Z dan teknologi merupakan sebuah kombinasi yang sulit untuk dipisahkan. Anak-anak ini telah diakui mempunyai kelebihan yang luar biasa dalam hal yang berhubungan dengan teknologi. Mereka dikenal sebagai anak yang bisa belajar sendiri tanpa harus diajari oleh orang tua/lingkungan, nggak heran kan ya kalau anak zaman sekarang sangat pintar menggunakan gadget dan smartphone padahal kadang nggak pernah diajarkan oleh orangtuanya. 

Anak generasi Z juga terkenal punya kemampuan multi tasking yang luar biasa, bisa main game di laptop sambil facebook-an plus sambil nonton bola di TV. Ya Allah gemana ceritanya coba teteh mengaku kalah untuk urusan multi tasking ini. Anak-anak ini juga terkenal lebih suka berkomunikasi secara bertatap muka dibanding dengan texting atau chatting, oalahhh pantesan keponakan saya itu doyannya video call terus 😅. Anak-anak ini pun dikenal sangat suka kompetisi dan sangat mandiri, selain itu anak-anak ini juga dikenal sangat menghargai perbedaan, bertoleransi tinggi dan mempunyai keperdulian terhadap lingkungan. Nah Lho besok-besok yang pada bikin isu gorengan bermuatan SARA, mau digoreng kayak gemanapun kayaknya bakalan susah laku itu gorengan 😀.

Smart Restaurant merupakan restaurant masa depan yang dimiliki oleh Jack Ma, restaurant yang katanya dijalankan dengan pelayanan digital tanpa pelayan dan kasir. Bahkan cara pembayarannya pun dilakukan secara digital, tagihanpun dibayar oleh uang digital yang ada di akun Alipay via smartphone.
Retaurant yang sangat cocok bagi anak-anak generasi Z
Photo source : (Chinaplus)

Mereka juga dikenal sebagai sosok yang pragmatis, di mana semua maunya yang serba cepat dan serba praktis. Karena hal ini mereka juga sering dikategorikan sebagai anak-anak yang cukup egois dan kurang menghargai proses. Hal ini yang paling sering saya lihat sebagai kendala dalam hubungan anak dan orangtuanya, seperti contohnya hubungan keponakan saya yang generasi Z dengan Ibunya yang berasal dari generasi X. Lumayan jauh kan gap nya, si anak sering kali tidak sabaran ketika meminta sesuatu hal dan cenderung memaksakan orang tuanya untuk secara instant dan cepat menyediakan hal yang mereka inginkan tersebut, walhasil ibu dan anak jadi sering berbeda pendapat.

Seperti minta disiapkan keperluan sekolah untuk esok hari, atau ketika butuh dasi pramuka dan ibu lupa menaruh dimana. Akhirnya Ibu jadi berlama-lama di depan lemari, sementara si anak pun sudah nggak sabaran ingin cepat pakai dasi 😑 . Ya hal-hal sepele banget kan ya, tapi bikin pusing pala Ibu 😢. Padahalkan Ibu bukan Doraemon ya, yang punya kantung ajaib yang bisa dengan instant mengeluarkan segala hal yang diminta😏. *Puk puk Ibu di seluruh dunia 💕

Baca juga : Dengan Poligami Apakah Pernikahan bisa Happy?

Pola Pengasuhan Menetukan Karakter Anak di Zaman Apapun

Photo yang saya ambil ini adalah Generasi Z dari desa nelayan di  Bulukumba-Sulawesi selatan, mereka asik bernyanyi sambil berenang di laut. 

"Sama saja dengan realita kids zaman now yang dikit-dikit upload, dikit-dikit vlog. Korban kecelakaan difoto, divideokan, lalu diunggah, alih-alih segera ditolong. Untuk hal ini, anggaplah bukan hanya kids zaman now yang bisa disalahkan. Kenapa tidak menolong korban-korban tersebut, ketimbang memvideokannya?" - Anindita -

Seperti yang telah saya bahas diatas internet, teknologi informasi dan ganget canggih adalah hal yang sulit untuk dipisahkan dengan anak generasi Z ini. Media sosial dan internet adalah tempat bermain mereka, jadi jangan kaget jika apapun yang mereka lakukan cenderung mereka unggah di internet/media sosial. Yang suka curhat akan update status di path, yang jadi gamers akan upload cheat game terbaru di youtube dan yang doyan motret akan sibuk membuat instagram feeds mereka makin kece.

Nah menjadi hal yang berbeda ketika kita membicarakan tentang konten apa yang mereka unggah, apakah konten tersebut mengandung hal yang baik atau buruk ?. Pastinya semua akan kembali pada "Bagaimana cara mereka dibesarkan oleh keluarga dan lingkungannya". Pola asuh orangtua pastinya akan memberi dampak besar pada cara mereka menggunakan internet secara bijak dan baik. Realita zaman now itu anak sudah bisa megang smartphone sedari kecil, mengerti youtube dari bayi. Padahalkan ya ketika kita memperkenalkan gadget ke anak-anak pada usia dini, hal tersebut pastinya akan memberikan dampak yang baik dan buruk bahkan berbahaya bagi kehidupan si anak di kemudian hari. 

Dampak yang paling cepet nongol pastinya anak akan kecanduan pada gadget dan pada usia sekolah gadget bisa berdampak pada susahnya anak-anak menyerap mata pelajaran di sekolah. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah, gadget bisa menyebabkan kurangnya kemampuan psikomotorik anak. Kasian kan nanti anak-anak kita akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas yang menuntut fisik mereka untuk bekerja, seperti ketika harus melakukan aktifitas pengembangan skill seperti dalam hal menari, melukis, berlari, melompat dan lain sebagainya. Tapi sayangnya saat ini banyak sekali orangtua yang sudah memperkenalkan gadget pada anak balita mereka, terlepas apapun alasan dan pertimbangan kenapa mereka melakukan itu. Dan sayapun tidak bermaksud membandingkan para orangtua satu dan lainnya ✌. 

Orangtua berperan besar dalam membangun karakter anak di zaman manapun. Kita bertanggung jawab dalam membangun karakter dan memperkenalkan kehidupan digital pada anak-anak generasi Z ini. Kadang tanpa kita sadari kita telah menjadi jembatan bagi mereka untuk mengenal dan tahu smartphone di usia dini. Ingat baik-baik nih ya Teteh Awie, bold dan garis bawahi kata-kata ini sebagai panduan kelak ketika memiliki anak 😅. Mengajarkan dan mencontohkan hal-hal baik dalam hidup, termasuk yang berhubungan dengan internet dan gadget merupakan tugas dan tanggung jawab mutlak orangtua. Walaupun ketika anak sudah diajarkan dengan baik dan benar, tidak serta merta mereka akan bisa 100% menggunakan internet untuk tujuan-tujuan yang baik. 

Seperti contoh yang disebutkan oleh Mba Anindita bahwa anak-anak zaman now cenderung mudah mengucapkan kata-kata kasar dan makian, persis meniru kata-kata para gamers idola mereka ketika bermain game di youtube. Aduh Mamas Babang gamers ganteng yang saya hormati, sok atulah main games nya sambil berkata-kata baik dan benar. Anda adalah idola anak-anak zaman sekarang, namanya juga anak-anak pasti lah ya ngikut-ngikut ya. Sok atuh coba ganti kata-kata Nj*ng, s*it dan F*ck nya jadi kata-kata oncom, micin dan cilok *kemudian teteh menyanyi #Etaterangkanlah😀✌. Ya ya ya kalian memang suci, teteh memang kebanyakan makan micin jadi deh kayak gini. Puas!

Baca juga : Curhat Teteh : 24 Jam Bersama Pekerjaan yang nggak pernah Beres

Lingkungan pergaulan pun menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan perkembangan anak-anak kita. Sebaik apapun anak-anak diajarkan oleh orangtuanya, ketika di lepas untuk bergaul di luar pastinya anak-anak akan bertemu dengan banyak hal yang berbeda dengan nilai-nilai yang sudah diajarkan di rumah. Hal ini tidak berarti 100% lingkungan yang jelek atau salah, pada akhirnya perlu peran orangtua untuk kembali mensortir dan mengingatkan mana-mana hal yang baik untuk mereka contoh dan hal buruk yang harusnya mereka tidak ikuti. Sering mengecek gadget anak dan melihat aplikasi apa saja yang mereka download, atau cek history browsing merupakan cara kepedulian kita terhadap aktifitas penggunaan internet mereka. Jangan sampai anak-anak melihat hal-hal yang tidak patut mereka lihat, atau memainkan game-game berkonten kekerasan yang akhirnya bisa berpengaruh buruk pada pembentukan karakter mereka.

Membangun komunikasi yang baik dan intens dengan anak merupakan cara terbaik, yang bisa dilakukan untuk mempererat hubungan orangtua dan anak. Dengan begitu anak-anak akan menaruh kepercayaan kepada orangtua, sebagai sosok yang bisa mereka andalkan dalam segala situasi. Sehebat apapun google dan youtube memberikan informasi yang anak-anak butuhkan, orangtua tetap harus menjadi sosok yang yang tergantikan dalam kehidupan mereka. " Emang bisa minta uang jajan sama google??😡, Memang kalau laper bisa ngeluarin makanan dari instagram??😠. Kids ini tuh kehidupan bukan sulap". 😀 

Selain itu hal yang paling penting adalah contohkan kepada anak-anak bagaimana cara bermain gadget dan internet dengan bijak. Orangtua yang mau meluangkan waktunya untuk bermain dan bercengkrama bersama anak-anak, pastinya akan menghasilkan anak-anak dengan karakter yang berbeda jika dibandingkan dengan orangtua yang ketika ada bersama dirumah malah sibuk chat group atau sibuk bermain sosmed *gue banget itu mah 😟😢. Eh tapi kan teteh belum punya anak ya 😀. Jadi semua balik lagi kepada individu masing-masing, dengan cara bagaimana kah anak-anak kalian ingin dibesarkan?.

Anak generasi Z yang terkenal mandiri dan multitasking ini pastinya merupakan generasi yang jauh berbeda dengan generasi orangtuanya. Dengan begitu diperlukan cara yang berbeda juga untuk memahami pola fikir mereka. Kehebatan mereka dalam menyerap kemajuan teknologi bisa menjadi jalan bagi berkembangnya teknologi menjadi lebih cepat dan hebat, di pundak anak-anak inilah ditaruh harapan besar agar obat penyembuh AIDS dan kanker bisa segera ditemukan. Juga penemuan sumber daya baru pengganti gas dan minyak, pun kemajuan teknologi yang bisa menghadirkan banyak solusi bagi kehidupan manusia di bumi ini.

Mereka akan memajukan dunia ini dengan caranya mereka, seperti juga dahulu kita memilih untuk menjalani apa yang kita fikir benar dan pastinya belum tentu sesuai dengan keinginan orangtua kita. Buat saya kids zaman now adalah contoh generasi maju Bangsa, walaupun begitu peran orangtua tetap menjadi kunci penting dalam membentuk karakter dan membangun jiwa digital mereka.

Kalau kalian bagaimana memandang anak zaman sekarang? Komen dong di bawah ini...








Be First to Post Comment !
Eryvia Maronie mengatakan...

Selain Kids Jaman Now, anda juga lho Emak2 Millenial. Yaa, macam kita2 ini lah! Wawkakwkk..

fillyawie mengatakan...

Wkwkwk iya Ka, Mahmud millenial #eeaaa

Alfu laila mengatakan...

Setuju banget teh.. Pola pengasuhan menentukan karakter anak.. :)

Anindita Ayu mengatakan...

Waaaa ada kutipan tulisanku, hihi ^^

Kita ga bisa sepenuhnya menyalahkan gadget ya mak. Contohnya itu adek aku masih kelas 3 sd tapi matanya udah minus dan silindris secara bersamaan, gara-gara penggunaan gadget non stop. Dibiarin main gadget melulu, sampe akhirnya ngeluh matanya udah kabur banget.

Memang perlu pengawasan langsung dari orang dewasa, agar karakter generasi z bisa terbentuk dengan baik.. ^^

Ndy Pada mengatakan...

Generasi Z lahir dengan kemudahan teknologi. Ini jadi seperti 2 sisi mata uang. Membantu tapi bisa juga melenakan. Setuju banget bahwa anak, lahir di zaman apapun itu, wajib dibekali pendidikan agama yang baik, sekaligus pembentukan karakter untuk kemandiriannya. Thanks for sharing Teh :)

Adityar mengatakan...

Kebetulan saya menulis soal generasi milenial (usia SMA) di tugas akhir kuliah. Di satu sisi, mereka memang sudah sangat fasih berbahasa teknologi, beda sama pendahulunya. Sayangnya, tidak semua anak yang lahir sebagai generasi milenial ini bisa memanfaatkan teknologi bahkan tidak sedikit yang rentan dari mereka yang rentan terpapar risiko yang datang bersamaan dengan internet. Karena itu, peranan orangtua menjadi sangat penting dalam mendampingi generasi zaman now ini

Suryani Palamui mengatakan...

Wiiih Smart Restaurantnya canggih bener yaaak. Kapan ada di Indnesia yah kak? Haha.

Lusi mengatakan...

Alhamdulillah, anak2ku nggak ribet dg gaya bicara & gaya hidup yg sedang viral. Mereka remaja yg biasa2 aja. Heheheee. Kalau resto semi digital tanpa pelayan sudah banyak kan di resto2 Korea? Ordernya juga pencet gambar & setelah siap kita dipanggil pake pager buat ngambil sendiri. Belum full sih tp kedepannya mungkin semua gitu ya?

Arifa mengatakan...

Bos bos dan pimpinan perusahaan banyak juga yang mengeluh dengan karyawan generasi milenial yang berpola pikir dan memiliki pandangan yang berbeda. Pergeseran generasi banyak mengubah pola komunikasi di tempat kerja. Hehehe, kalau pimpinan tidak sigap dan paham, biasanya banyak miskomunikasinya 😅

Fanny f nila mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Mamie Lily mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Kartika Nugmalia mengatakan...

Aaakkkkkkkk...terkesima sama ulasan mamak satu ini. Bener banget nget nget gimana gimana juga yang ngebesarin mereka jadi seperti sekarang adalah emak emak zaman X kaya kita hahaha. Otomatis kalau pola asuh kita salah maka output pasti juga bermasalah. Aduuh...jadi harus bener bener memilah di satu sisi kita harus ngikuti jaman, di sisi lain kudu konservatif untuk urusan tertentu yaaaa

fillyawie mengatakan...

Iya, orang tua memang memegang peranan penting.

fillyawie mengatakan...

Kan katanya harus berbalas pantun. Biar nggak melenceng dari trigger jadi saya quote aja 😁.

fillyawie mengatakan...

Belakangan banyak sekali persepsi negative yang beredar tentang kids zaman now, mereka dianggap generasi micin lah, anak2 paling egois lah. Padahalkan anak2 akan jadi seperti apa, baik atau enggak. Semua balik lagi ke lingkungan keluarga dan sekitar dimana mereka dibesarkan.
Cocok Ka Ndy, pendidikan agama itu hal yang utama banget ya.

fillyawie mengatakan...

Benar sekali Tyar, at the end peran orang tua menjadi faktor penentu sebaik apa generasi ini akan tumbuh nantinya.

fillyawie mengatakan...

Bakalan ada bentar lagi, sekarang mah trend apapun cepat sekali menyebar ke seluruh dunia 😉.

fillyawie mengatakan...

Alhamdulillah ya Mba Lusi, anak2 nya tidak terpengaruh sama kondisi pergaulan yang baik.
Iya Mba, resto korea banyak udah pakai teknologi ini ya. Tapi katanya yang punya Jack Ma ini lebih canggih, sampai cara bayarnya pun digital semua.

fillyawie mengatakan...

Ha ha ha bener banget Mba Arifayani, ada gap yang dalam ya antara gen x dan gen z. Cara mereka komunikasi dan bekerja aja udah beda banget. Kalau kata suamiku, ini anak2 sekarang bikin senewen, tapi kalau udah menyangkut pekerjaan2 yang pakai program komputer dan teknologi wah mereka hebat2 lho. Suamiku mengakui kehebatan mereka. Beda banget sama Bapak2 gen x 😬😁.

fillyawie mengatakan...

Bener banget Mba Fanny, peran orang tua sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anaknya.
Iya Mba kalau orangnya kebanyakan ngalah dan nggak mau bikin aturan, ya jangan salahin anak2 kalau mereka jadi kecanduan gadget ya.

fillyawie mengatakan...

Hai Mamie, salam kenal juga 🙏.
Kayaknya Mamie punya problems yang sama dengan orang tua lainnya, keponakanku juga suka banget mainin game ini *hiks.

fillyawie mengatakan...

Apalah aku Mak, baru jadi seorang pengamat doang 😞.
Iya jadi orang tua zaman sekarang memang harus pintar2 menyikapi karakter anak ya. Kudu tarik ulur terus 😊.

Artha Amalia mengatakan...

Kids jaman now emang beda banget sama jaman saya masih muda dulu **eh ketauan deh usianya 😂😂

Yah...perlu pendampingan selalu ini mah

Ani Rukmini mengatakan...

jadi bagimana langkah langkah mendidik anak gen z

Posting Komentar

Custom Post Signature

Custom Post  Signature