Senin, 13 November 2017

Wisata Danau Tempe, Mengecap Keindahan Danau Tektonik Purba


Saya teringat tepat 1 bulan lalu, sebuah pesan singkat masuk di Line saya. Pesan singkat yang berisikan sebuah photo dan kalimat pendek dari suami tercinta. Photo yang dikirimkannya adalah photo sebuah rumah terapung di atas perairan, dengan caption di bawahnya " Mau kesini nggak?..". Saya pun langsung menjawab, " Dimana itu? Mau, tapi hotelnya bagus nggak di sana ? "😀. 

Suami yang saat itu sedang berada di Sengkang, ternyata menyempatkan diri mampir ke Danau Tempe piknik berkeliling danau menggunakan perahu. Danau Tempe merupakan salah satu tempat wisata yang sudah lama ada dalam daftar bucket list kami. Ya' kami memang mempunyai cita-cita untuk bisa mengunjungi sebanyak-banyaknya tempat wisata di Sulawesi Selatan, mumpung masih tinggal di sini. Setelah berhasil pergi ke danau matano di Sorowako beberapa bulan lalu, danau tempe menjadi danau ke-2 yang berhasil saya kunjungi di Sulawesi Selatan.

Lake Tempe, Heals Me !




Danau Tempe merupakan danau tektonik purba, yang terbentuk dari benturan dan pergeseran lempeng Australia dan Eurasia. Dengan luas 13.000 hektar menjadikan danau tempe menjadi danau terbesar ke-2 yang ada di pulau Sulawesi. Danau ini juga terkenal sebagai salah satu danau penghasil ikan air tawar terbesar di Indonesia.

Semua informasi diatas plus cerita-secara fasih dijabarkan oleh suami saya dalam perjalanan kemarin dari Makassar ke Soppeng. Entah dari mana dia dapat semua informasi itu, saya sih curiganya sebelum berangkat beliau menghafal tulisan di wikipedia terlebih dahulu 😅. Mungkin Paksu berusaha menghibur saya yang selama 3 minggu belakangan sakit-sakitan terus, kesehatan drop sampe badan saya kurus begini, padahal memang sudah cungkring dari sononya😁.

Berawal dari keguguran yang mengharuskan saya menjalani perawatan jalan tanpa operasi kuret, bolak balik ke dokter untuk dipakaikan obat yang bernama gastrul. Obat yang mempotek perut dan hati saya ini berhasil membuat kesehatan saya drop. Walhasil asam lambung kambuh, flu, demam dan radang tenggorakan berkumpul jadi satu. Tapi semua drama itu telah berlalu, makanya ketika badan udah mulai terasa enteng paksu langsung jalan jalan ke danau tempe, kenapa ke Sengkang? kenapa nggak sekalian ke Paris aja ya kan? 😜.

Perjalanana Makassar-Soppeng mengandalkan aplikasi google maps
Perjalanan ke Sengkang berjarak sejauh 193 km dengan memakan waktu tempuh selama 5jam. Sabtu 4 November kemarin, saya dan suami berangkat kesana dengan mengendarai city car kami yang berplat-B, di sepanjang jalan mobil kami berkali-kali diminta berhenti oleh Bapak Polisi. Kebetulan hari Sabtu kemarin sedang dilakukan operasi zebra oleh jajaran kepolisian di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, jadi wajarlah ya kalau kendaraan kita di stop untuk diperiksa surat-suratnya. Alhamdulillah surat-surat lengkap dan aman, jadi nggak ada masalah di jalan.

Setelah melalui jalan berkelak kelok menanjak ke Bulu Dua dan kemudian jalan menurun ke arah Wajo, tepat jam 14.00 WIT akhirnya kendaraan kami memasuki wilayah Sengkang dan sampai di Hotel sekitar jam 14.15an. Ketika samapai di hotel kami langsung check in untuk menaruh barang bawaan, kemudian lanjut makan siang dan hunting kain lagosi. Setelah kain lagosi dan sutera sengkang berhasil ditenteng (cerita lengkapnya akan saya tulis nanti ya..), kamipun balik ke hotel untuk beristirahat dan tidak lupa telp pemilik perahu untuk atur jam penjemputan esok pagi.

Mas Edie pemilik perahu
Mas Edi, adalah mas pemilik perahu yang kami sewa siang itu. Perahunya juga yang anter si cinta muter-muter danau tempe sebulan yang lalu. Mas Edi yang katanya bekerja di Pemda Sengkang dan juga seorang petani beras plus pemilik perahu *ehbusyett banyak banget profesinya 😅, datang menjemput kami di dermaga seberang hotel BBC tempat di mana kami menginap. Enaknya dijemput di dermaga hotel, jadi nggak perlu berkendara ke dermaga TPI 45 yang merupakan dermaga kota yang ada di Laelo, Wajo. Seperti janjinya jam 08.00 teng mas edi sudah berdiri di jalan menuju dermaga, menunggu kami yang baru selesai sarapan pagi itu.

Perjalanpun di mulai, perahu kecil telah dipasangi tempat duduk berjajar lengkap dengan life vest dan jas hujan persis seperti yang paksu request, maklum istrinya kan nggak pinter berenang. Perahu  pun melaju dengan kecepatan sedang, cuaca yang panas jadi tidak begitu terasa karena ketika perahu melaju anginnya mulai terasa berhembus kencang. Perahu panjangnya sekitar 3m ini mempunyai lebar hanya sekitar 50cm saja, jadi para penumpang hanya bisa duduk berjajar menghadap kedepan.

Dalam perjalanan menyusuri sungai menuju ke danau tempe, kita bisa melihat banyak sekali gambaran aktifitas masyarakat di sekitar bantaran sungai. Rumah-rumah bugis yang yang berdiri di sepanjang sungai, bersama dengan aktifitas para ibu-ibu yang sedang melakukan kegiatan rumah tangga seperti mencuci, membersihkan ikan, menjemur pakaian bahkan mandi. Merupakan gambaran yang saya lihat pagi itu.

Danau tempe yang sangat luas
Ketika perahu memasuki wilayah danau tempe, qo hati terasa dag dig dug ya. Gemana nggak deg-deg an melihat danau yang luas nya bagaikan hamparan lautan tanpa ombak. Sedangkan perahu yang saya naiki hanya memiliki tinggi badan perahu nggak sampai 50cm. Jadi air yang ada di permukaan danau terlihat sejajar dengan badan kami. Gegara perasaan deg-degan itu di kepala saya mulai terbayang fikiran macam-macam, "Bagaimana kalau perahunya tenggelam, ini kan danau tektonik purba pasti dalamnya minta ampun" kemudian terlintas juga fikiran "Bagaimana kalau ada buaya, mana ini perahu ceper banget. Buaya bisa dengan gampang loncat ke badan perahu... aduhh serem".

Hamparan air danau yang luas dan berlimpah bagaikan lautan tanpa ujung ini sukses membuat hati saya berdecak kagum. Hamparan air yang tenang walaupun tidak jernih, terlihat bagaikan kaca yang memantulkan benda yang ada di atasnya. Awan yang berarak diatas danau terlihat seperti sedang berkaca, bayangannya terpantul jelas di permukaan danau. Perasaan takut yang tadi menerpa berubah menjadi rasa terpukau melihat pemandangan indah yang terhampar bagaikan lukisan alam. Suasana yang damai dan hening tanpa kebisingan berhasil menciptakan suasana spesial yang tidak akan saya dijumpai di tempat lain, indah dan damai.

Hati yang belakangan sedang gelisah pun mendadak berubah ketika melihat kebesaran Yang Maha Kuasa ini. Tuhan menciptakan dunia ini begitu indah, siapa yang akan menyangka kalau pergeseran dan benturan lempeng bumi bisa menciptakan danau luas yang indah seperti ini. Lempeng Bumi aja dibentur-benturkan dan digeser-geser bisa menghasilkan danau yang cantik, hal yang sepertinya  menyakitkan tapi belum tentu menghancurkan, malah menciptakan berkah dan keindahan.

Jangan Lewatkan Sarapan di Rumah Terapung



Ketika perahu melayu semakin ke tengah danau, di depan mata mulai terlihat banyak sekali rumah terapung yang menghuni wilayah danau. Rumah yang berbentuk seperti rumah pangung bugis ini mengapung diatas permukaan air, beberapa rumah di cat dengan warna-warni cerah terlihat cukup kontras dengan rumah lainnya. Jika diperhatikan setiap rumah di sana terikat pada sebuah batang bambu yang menancap ke dasar danau. Bambu yang bertugas  sebagai pancang itu bertugas menahan rumah agar tidak hanyut terbawa air. Setelah 35 menit diatas perahu akhirnya perahu yang kami naiki pun menepi ke salah satu rumah terapung yang berada di desa Pallimae, Sabbang Paru - Wajo, "alhamdulillah akhirnya sampai juga dengan selamat..." saya berujar dalam hati.

Kalau kalian datang ke danau tempe, jangan lewatkan kesempatan untuk bisa mencicipi sepiring pisang goreng dan segelas teh manis atau kopi di sana. Menyeruput teh sambil duduk-duduk manis di teras rumah terangpung merupakan sebuah pengalaman liburan yang tidak akan terlupakan oleh saya. Selain menyewa perahu, para turis seperti kita ini juga bisa minta disediakan menu sarapan atau makan siang di sana.



Untuk biaya perahu, kami dikenakan biaya Rp. 150K /perahu, perahu nya bisa mengangkut 4 orang tamu dan kalau penumpangnya kurang dari itu bayarnya tetap sama ya. Sedangkan untuk menu sarapan gorengan plus minum, kita akan di kenakan biaya tambahan sebesar 50K saja. Kemarin ketika memesan menu makanan, Mas Edi menanyakan kepada kami " mau sarapan apa di sana.?..". Saya memesan sarapan yang ringan-ringan saja seperti gorengan, karena pasti sudah sarapan juga di hotel. Saya fikir cocok lah ya pagi-pagi ngeteh sampil makan gorengan, yum!



Disini ada juga paket menginap, para tamu dikenakan biaya menginap sebesar Rp. 500K /malam sudah termasuk ongkos perahu+Makan selama berada disana. Paket menginap ini paling banyak diminati oleh para turis asing, menurut cerita mas edi banyak sekali tamu asing dari Jerman dan Paris yang datang untuk mengingap di rumah terapung. Katanya juga danau ini tidak hanya indah, tetapi juga merupakan tempat terbaik untuk menikmati sunset dan sunrise. Walaupun tempat menginap yang disediakan cukup sederhana, hal tersebut tidak akan mengurangi hamparan keindahan alam yang bisa kita dapatkan selama berada disini. Indah dan hening tanpa kemacetan dan kebisingan khas kota metropolitan.


Sambil menikmati gorengan di teras rumah, mas Edie menceritakan bahwa dahulu ada ribuan rumah terapung yang menyebar di seluruh wilayah danau tempe ini. Sayangnya saat ini populasi penghuni danau tempe semakin menyusut hingga tersisa sekitar 800-900 rumah saja. Rumah singgah ini merupakan rumah peristirahatan para nelayan air tawar yang mencari nafkah dari mencari ikan di danau. Tapi saat ini sudah banyak nelayan yang akhirnya banting setir menjadi pekerja proyek di Marauke atau Surabaya. Mencari penghasilan yang lebih pasti, bukan penghasilan yang didapat dengan mengandalkan kebaikan alam lagi. Yang kadang ada kadang tidak, banyak sedikitnya tidak bisa diukur dengan pasti.


Mas edi pun menambahkan bahwa sekarang semakin susah cari ikan, ini sudah 5 bulan lebih tidak turun hujan. Air danau jadi makin keruh, ikan makin sedikit. Belum lagi sekarang wilayah danau sudah dipatok-patok disewakan ke pensiunan pegawai BUMN atau pemerintahaan yang ada di sana. Wilayah danau yang dipatok dibuatkan kurungan ikan dari bambu, mengelilingi wilayah yang telah resmi disewa oleh sang landlord. Kemudian patok itu diisikan bibit ikan, diternakan disana sampai ikan siap panen. Sedangkan nelayan ikan hanya bisa mengandalkan kebaikan alam, mencari ikan setiap hari dari pagi hingga petang. Apa yang didapat pada hari itu, ya itulah rezeki mereka, tidak ada kata memanen bagi mereka.


Tidak sedikit juga area di patok untuk yang dijadikan area menanam tanaman eceng gondok, dibagian tengah danau banyak sekali tanaman eceng gondok terhampar luas, terlihat bagaikan daratan hijau yang mengapung dan bergerak-gerak. Hal itu juga yang menyebabkan area memancing bagi nelayan menjadi berkurang. Oh iya danau tempe ketika musim panas memiliki kedalaman yang sekitar 1,50-2 m saja, bagian permukaan danaunya berbentuk landai berisikan lumpur tebal. Dimusim penghujan ketinggian danau bisa meningkat secara drastis menjadi 6-7m.

Tidak terasa Matahari semakin tinggi, area teras tempat kami bersantai mulai terasa panas oleh sengatan Matahari. Sayapun cepat-cepat menghabiskan teh yang masih tersisa di dalam gelas, sambil kemudian mencari spot terbaik untuk berselfie ria. Tempat bagus kayak gini, masa nggak nyempetin selfie, selfie mandatory adalah sebuah kewajiban hakiki Emak-emak zaman now 😅.

Setelah puas berpotret ria, saya dan suami memutuskan untuk segera kembali ke hotel. Siap-siap untuk check out dan kembali ke Makassar, our temporary home. Perjalaan pulang ke hotel terasa lebih singkat, sambil menikmati perjalanan pulang fikiran saya masih belum bisa move on dari keindahan danau tempe. Ini merupakan sebuah pengalaman yang akan selalu saya ingat, rasanya ingin menuliskan kalimat " Teteh was here " diatas permukaan air danau tempe , tapi kan nggak mungkin bisa 😁.

Tips berwisata ke danau tempe




Untuk kalian yang berencana pergi ke danau tempe, sebelum pergi kesana yuk simak tips singkat dari teteh. Tipsnya sbb:

➤ Jangan lupa untuk memakai sunblock
➤ Bawa topi dan kaca mata hitam
➤ Pesan perahu 1 hari sebelumnya jika memungkinkan. Jika tidak kalian bisa menyewa perahu di area TPI 45.
➤ Untuk keselamatan jiwa anda, ketika memesan perahu jangan lupa juga minta life vest dan jas hujan.
➤ Pakai pakaian yang nyaman dan menyerap keringat dengan baik
➤ Pilih waktu keberangkatan di pagi atau sore hari akan jauh lebih nyaman dan menyenangkan

Sulawesi selatan sangat indah, banyak sekali potensi daerah yang dimiliki oleh provinsi ini. Alamnya yang indah telah berhasil menghibur saya. Sudah banyak daerah di Sulsel yang saya singgahi, semuanya memberikan cerita yang luar biasa untuk saya share di sini. Ayo mi cintai kampungmu, daerah mu, negaramu, kalau bukan kita yang menuliskan potensi lokal dan cerita ini, lalu harus siapa yang menuliskannya? Kemudian bergumam dalam hati : "Lupakan Paris Aw, selanjutnya ayok kita ke Bone..." 😒😢😅.

Bagaimana dengan kalian, tempat manakah yang paling kalian inginkan untuk dikunjungi??










Be First to Post Comment !
Eryvia Maronie mengatakan...

Ah.. SulSelku tercinta, tapi sayang belum semua kujelajahi. Pernah sih ke beberapa tapi belum jadi blogger waktu itu dan stok fotonya pun gak banyak, hihiii...

Nanie mengatakan...

Pernah jg mampir ngeteh dan ngepisang goreng di tengah Danau Tempe, sambil memandangan panorama bulu dua di kwjauhan hihihi. Next, coba trip ke soppeng teh Awie, ada villa yuliana dan ratusan kelelawar bergelantungan di tengah kota

Muyassaroh mengatakan...

Aduh ngiler sama sarapannya mbak..

Efi Fitriyyah mengatakan...

Panoramanya cantik, jadi pengen ke sana. Mana paket nginepnya murah juga

Novie Mochtar mengatakan...

Teteehh ... Alhamdulillah sudah baikan lagi. Jauhmuu pergi jokka ke kampung Om Brewok di Sengkang. Kami malah belum pernah jelajah Sengkang sampai ke danau Tempe ini. Saya baru sekali ke Sengkang itu juga sebelum menikah dulu penelitian pemukiman sutera untuk tugas akhir diantar calon mertua yang orang Sengkang. Waktu anak-anakku ke sana sama teman-temannya nginap di rumah temannya, saya pesan kalo ditanya siapa nama bapakmu yang orang Sengkang sini bilang saja nama kakeknya papa dijadikan nama jalan propinsi di Sengkang. Haji Andi Macca Amirullah. Itu ji yang saya tau. Ngomong2, itu pisgorrr mengundang banget.

Unknown mengatakan...

jadi pengen kesana ka, keren banget. makan pisang goreng sambil liat pemandangan indah, dan bersantai-santai.




mampir yuk ka ke http://nuvaderma.com/blog

fillyawie mengatakan...

Xixixi Iya Ka Sulsel itu cantik banget lho, aku aja suka banget lihat keindahan alam di sini.

fillyawie mengatakan...

Wah telat dapat infonya, noted untuk next trip deh. Terimakasih infonya Ka Nanie.

fillyawie mengatakan...

Iya sarapannya enak plus venuenya istimewa dan unik banget.

fillyawie mengatakan...

Iya Mba Efi, panoramanya indah banget. Paket nginepnya menggoda banget ya.

fillyawie mengatakan...

Alhamdulillah Ka Novie :), iya target saya tahun ini memang khusus explore Sulsel. Omg ternyata ada keluarga bangsawan Sengkang di MAM, main ka ke Sengkang lagi. Hunting kain lagosi yukkk

fillyawie mengatakan...

Worth to visit banget ini danau, yuk ahh jalan-jalan explore Indonesia

Kiki Casmita mengatakan...

Pisang goreng nya kayak yang enak banget yah ....
*gagal fokus
*isi otaknya cuma gincu sama makan hehehehe

fillyawie mengatakan...

Enak banget Mba, apalagi kalau dicocol sambal makin sedap.

Kemana-lagi mengatakan...

Danau tempe,nama nya unik.......
Jadi penasaran.
Kaya.a makan gorengan di rumah terapung itu,cozy bgt y mba.

Posting Komentar

Custom Post Signature

Custom Post  Signature